Pagi yang dingin ini terasa berbeda karena ternyata kemarin sore aku lupa mandi. Bagi kedua orang tuaku pagi ini seperti biasa. Ayah mengumpulkan cucian kotor lalu menggilingnya dengan mesin cuci. Sedangkan ibu bangun setengah jam setelahnya. Keduanya kemudian mandi setengah jam sebelum jam lima-menyiapkan diri menyambut ibadat harian.
Aku masih duduk di tempat tidur yang letaknya berada di jalur sutera rumah ini-tempat di mana semua orang berlalu lalang melakukan kegiatannya. Layaknya PNS di kantor kecamatan sewaktu pagi, aku membaca koran yang terbit kemarin minggu. Tidak terlalu terlambat membaca koran minggu menurutku, karena koran minggu banyak formalinnya. Rubrik-rubrik koran minggu tidak mudah basi. Cerpen, esai, puisi, comic strip, TTS, dan masih banyak rubrik yang lain yang masih bisa dinikmati bahkan seratus tahun yang akan datang.
Pagi itu aku membaca Lima Cerpen Sapardi Djoko Damono yang semuanya menceritakan tentang kehidupan wartawan. Diantara lima cerpen itu, salah satunya menceritakan tentang kematian seorang wartawan. Sangat cocok dengan pagiku, karena begitu aku menyelesaikannya lalu bergegas mandi, aku bertemu dengan bayangan yang mirip makhluk astral. Kala itu lampu di dekat kamar mandi mati, sehingga aku tak bisa melihat apapun selain obyek bergerak di depan mataku yang terlihat samar-samar.
Aku tak bergeming, aku tak berlari, yang aku lakukan hanyalah mencoba meraih bayangan tersebut. Semakin aku mencoba meraihnya, semakin aku susah mewujudkannya. Aku juga mencoba memanggilnya dengan sebutan ‘hei’, tetapi tak sedikitpun respon kudapatkan.
Aku ingat betul terakhir kali aku bertemu arwah perempuan cantik saat aku masih berumur empat tahun, yang aku yakini sebagai halusinasiku karena terlalu sering menonton ‘Si Manis Jembatan Ancol’. Bahkan ketika orang ramai-ramai membicarakan ‘Si Manis’ yang berada di samping rumahku sebagai makhluk halus yang berpindah dari rumahku, aku tetap tidak percaya itu benar-benar ada. Entah kenapa, setelah aku bertemu dengan Si Manis aku justru tak menganggap dia ada.
Tanpa rasa khawatir ataupun panik aku nyalakan lampu di dekat kamar mandi dan aku temui adik sepupuku sedang berada di dekat mesin cuci. “Ngapain kamu?” tanyaku
“Nungguin cucian.”
“Cucian udah selesai kok ditungguin.”
Adik sepupuku berlalu dan aku mulai tahu apa yang akan aku lakukan bila bertemu dengan hantu. Aku akan memanggilnya dan meraih tubuhnya seperti yang aku lakukan pagi ini.
Nah, akhirnya yang ditunggu datang. Si Manis masuk ke dalam kamar mandiku.